Pantai Mutun, Mutiara Lampung yang Tersembunyi

Masih banyak orang yang belum mengenal nama Pantai Mutun di Lampung, padahal pantai. yang terbilang sangat indah ini memiliki pasir yang putih, air yang bening kebiruan, dan ombak yang tenang. Mendengar nama tersebut, terasa cukup asing di telinga, bagi para pelancong yang mengunjungi Lampung biasanya lebih memilih Pantai Pasir Putih sebagai tujuan wisata pantai mereka. Pasir putih memang memang sudah terkenal dengan keindahannya, dengan akses yang mudah karena letaknya yang tepat di sisi Jalan Lintas Sumatera / byPass, tak heran bila selama ini dijadikan primadona. Namun, pada waktu tertentu khususnya di musim liburan, Pasir Putih sangat padat pengunjung akibatnya akses jalan menjadi sangat padat. Bosan dengan kemacetan dan kepadatan, gue n kakak gue memutuskan menjadikan Pantai Mutun sebagai tujuan berikutnya, kabarnya letaknya tidak terlalu jauh. Hanya berbekal informasi seadanya dari internet. Di pagi hari sekali, gue n my siss bersiap diri menuju TKP, pada hari Jumat di bulan Desember 2009. Mobil menuju arah Teluk Betung, tidak sulit karena rambu-rambu penunjuk arah sudah disediakan dengan baik. Sedikit tambahan tanya sana-sini, nama Pantai Mutun ternyata sudah sangat terkenal di kalangan warga Lampung khususnya warga Teluk Betung, Info yang gue peroleh lokasi Pantai Mutun terletak setelah kita melintasi daerah Lempasing.



Melintasi daerah Lempasing kita disuguhi oleh bentang alam yang Indah, di sisi kanan dan kiri kita diperlihatkan pemandangan perbukitan yang sedikit terkelupas sehingga menunjukkan susunan batuannya yang bercorak unik. Jalannya tidak menanjak atau menurun, dengan rute melintasi kaki bukit dapat dikatakan rute yang cukup aman, diaspal dengan baik tapi cenderung kurang lebar jalannya.


*Tips2:

  • Bagi yang ingin mengisi bahan bakar, terdapat SPBU Pertamina modern di daerah Lempasing, berada di sisi kiri jalan. Tersedia fasilitas Toilet dan Super Market. Sempatkan berfoto disana dengan latar bukit yang indah (posisi yang sangat bagus untuk berfoto)
  • Matikan AC buka jendela mobil, udara pagi disini sangat segar dan sejuk (itung2 Hemat BBM hahaha...)


Setelah melewati sejumlah Pantai Wisata dan Hotel kelas menengah, mata kita pasti tertuju pada kompleks pemakaman warga Tionghoa, unik karena makam-makam tersebut terletak di sisi perbukitan terjal yang menghadap ke laut. Terlihat cantik karena dihiasi ornamen khas tionghoa. Selepas dari kompleks pemakaman ini, setelah melewati satu tanjakan dan turunan yang sisinya sangat asri, laju mobil sebaiknya diperlambat karena harus memperhatikan keberadaan pintu masuk Pantai Mutun disisi kiri jalan (terdapat papan reklame kecil Pantai Mutun, sayangnya papan reklame Pantai Mutun hanya ada satu, dapat dikatakan minim informasi). Memasuki jalan kecil menuju Pantai Mutun, kita harus berkendara dengan hati-hati, karena masih sekitar 1 -2 km dari titik persimpangan awal tadi dengan rute yang menanjak dan menurun. Kondisi jalannya kurang baik, dijamin sedikit menghela nafas dan jantung akan berdegup kencang karena lebar jalan sangat sempit hanya cukup 1,5 mobil untuk 2 arah (kebayang kan...).


*Tips2:

  • Terdapat jalan alternatif untuk menghindari rute konvensional yang sarat tanjakan dan turunan curam yaitu melalui rute mengitari bukit. Lokasinya + 500-700 m dari pintu masuk, terdapat pertigaan jalan belok kiri (jika lurus adalah rute konvensional), ikuti jalan tersebut, ampunnn jalannya lebih ancurrr, serasa Off Road (Sedan not Recomended). Saat tampak Galangan Kapal di tepi pantai, mobil diarahkan berbelok kanan menuju lokasi Pantai Mutun.

Akhirnya tiba juga di Pantai Wisata Mutun, Kita langsung dsambut pemandangan khas pantai tropis, terlihat sangat indah dihiasi dengan gazebo tradisional... yang membuat gue heran, pantai dengan lokasi terpencil seperti ini, terlihat sangat ’hidup’, karena terbukti tempat parkir sarat dengan mobil. Satu kata yang terucap dibibir gue yakni ’IMPAS’ setelah melewati perjuangan di jalan konvensional, pemandangan pantai Mutun luar biasa indah, hamparan pasirnya sangat putih dan airnya sangat jernih bewarna kebiruan. Pucuk pohon nyiur melambai-lambai seakan menyambut kehadiran gue *lebay. memasuki lokasi kita diharuskan membeli tiket dengan tarif sebesar Rp 30rb (hanya mobil yang dikenakan). Setelah memarkir mobil dengan baik dan rapi, serta-merta gue langsung berganti pakaian, ciaatttt langsung nyeburrrrrrr. karena terbilang masih cukup pagi, matahari belum menyengat dan suasana belum terlalu ramai (mmm sepertinya strategi berangkat subuh cukup berhasil), my Siss memutuskan hanya bermain air dengan menyewa kano kapasitas dua orang.



*Tips2:

  • Untuk menyewa kano dikenakan tarif Rp 15rb/20rb untuk kano kapasitas satu orang, Rp. 30rb untuk kano kapasitas dua orang. Tarif berlaku untuk 1 jam permainan (Teori), prakteknya maen sepuasnya ketentuan berlaku (baca: jangan ditanya ke abanknya). Hati-hati menabrak orang yang berenang (menghindari kasus yang serupa wkakaka)
  • Untuk bermain Banana Boat, di bandrol tarif Rp. 25rb perorang. Banana Boat baru akan beroperasi kalau kita berhasil mengumpulkan minimal 4 orang, tenang saja banyak peminatnya kok, saatnya SKSD dijalankan.... 15 menit terasa ampuh membuat kita menambah asupan mineral dari air laut.... aaaaaaaaaaaccchhhh .....slrepppppp byurrrr glek..glek... (kejebur.com)
  • Bagi yang ingin naik perahu dikenakan tarif 5rb perorang, jika kita ingin bermain air di Pulau Tangkil (pulau terdekat di mata, 500 m-an jaraknya), si Abank siap mengantar-jemput kita dengan kesepakatan waktu. Konon, Pulau tangkil, lebih indah dengan perairan tenang (maaf egk kesana).
  • Selain itu bisa bermain Flying Fox atau sekedar bermain layang2.
  • Untuk menyewa Gazebo, dikenakan tarif Rp 35rb untuk beberapa jam.
  • Bagi yang membawa anak-anak, terlebih balita, harus diperlengkapi perangkat keselamatan (ban dan baju pelampung, dapat disewa), karena antara batas perairan ’cetek’ dan ’dalem’ pergantiannya sangat ekstrim, Waspadalah... Waspadalah...


Setelah puas dengan bermain air selama berjam-jam (*anak2 mode on*), dan sudah berbilas dengan air tawar di toilet dengan tarif 2rb perak. Saatnya pulang beroffroad ria, melintasi rute yang berbeda dari rute konvensional tadi... karena gue pikir pastinya kalau pulang melewati rute konvensional, pastinya mobil gue akan sering berhadap-hadapan dengan mobil-mobil di lain arah, dan itu akan sangat merepotkan. Menyisir sedikit perkampungan nelayan, berbelok ke kiri tepat di depan Galangan Kapal, mobil berayun-ayun kencang di jalanan yang tidak mulus... perjalanan panjang yang sulit, tidak dapat menafikan kesenangan yang gue peroleh. satu hal yang gue dapat dari Pantai Mutun, refreshing......


0 comments:

Post a Comment