Pantai Anyer yang Melegenda



Mendengar kata Anyer, pikiran gue langsung melayang membayangkan sebuah tempat wisata yang amat sering didengar sejak zaman sekolahan, lazim digunakan sebagai destinasi acara perpisahan murid-murid sekolah. Walaupun sudah sekian kali mendengar nama Anyer, namun hanya pada satu kesempatan gue baru bisa mengunjungi tempat yang namanya sudah sangat tersohor itu, alias enggak diniatin untuk pergi kesana. alasannya satu, karena dalam benak gue selama ini ‘meyakini’ bahwa masih banyak pantai untuk sekedar celup-celup kaki atau bermain air yang dekat dengan domisili di Jakarta seperti Ancol (yang mmmm maaf…) dan pantai-pantai yang tersebar di Kepulauan Seribu. Hingga saat itu tiba, gue ditugasin oleh kantor untuk hadir di Anyer dalam rangka seminar, sehingga gue pikir pastinya cukup ada sisa waktu untuk rencana menyegarkan pikiran menikmati cerita indahnya Anyer .

Pada bulan Desember 2009, saat itu tiba (*jrenk..jrenk.. ), Perjalanan panjang harus gue tempuh dengan melintasi Tol Jakarta-Merak yang panjangnya mencapai hingga 100 km-an. Panjang, lurus, dan melelahkan.. tapi hal tersebut rasanya cukup terbayar setelah melewati batas Karawaci (di sekitar Km. 40-an), viewnya lebih ‘kampoeng’ dengan hamparan sawah yang luas membentang lengkap dengan kesibukan para petani, saluran irigrasi yang jarang banget kita lihat, dan rel KA berkarat namun terlihat eksotik...


* Tips2 :

  • Mengingat jalan tol Jakarta-Merak yang tidak mulus, (data desember 2009 :p ), dan lazim terlihat perbaikan jalan, so kudu kita harus hati-hati (meski rambu peringatan akan perbaikan jalan sudah sangat baik) dengan mengikuti rambu-rambu tersebut, Insya Allah, aman... Truk-truk besar umumnya berjalan disisi kanan perbaikan, sebaiknya mobil kita berjalan di sisi lainnya, karena truk-truk tersebut jalannya lambat dan muatannya yang menjulang bisa membahayakan keselamatan.
  • Bagi kita yang merasa lelah berkendara atau kehabisan bahan bakar, kita bisa mampir di tempat-tempat peristirahatan, ada sekitar 3 tempat peristirahatan (kalo enggak salah) di sepanjang Tol Jakarta-Merak. Yang pertama, + 1 Km setelah Pintu Tol pertama. Yang kedua letaknya di km 40-an, highly recomended, kenapa??? Karena tempatnya cukup bersih, dilengkapi SBU Pertamina modern, dan tempat makan yang enak. Ada 1 restoran khas sunda Banten (sorry lupa namanya, letaknya di sebelah kiri), ada sistem paket yang ekonomis, tinggal dipilih Nasi+Sayur Asem+Ikan Pepes/Ikan Goreng/Ayam Goreng+lalap+sambal. Karena gue kurang suka ikan, gue lebih memilih Ayam Goreng. Harganya kisaran 20ribua-an (normallah...), yang istimewa adalah Sayur Asemnya, baru kali ini gue makan sayur asem yang terasa segerrr banget, warnanya pucat kemerahan, wangi ebi, sayurannya seperti labu, kacang panjang, dan daun-daunannya dibuat setengah matang (gigitannya terasa beda). Untuk minuman, segelas air teh Lemon terasa sangat menyegarkan dengan pengaduk unik dari batang serai lengkap dengan potongan jeruk nipis, sebaiknya minuman ini saja yang dipilih, selain enak harganya lebih murah. Sebelum beranjak, ada baiknya disempatkan membeli cemilan tahu sumedang dengan Cabai Rawit Made In Banten yang super pedesss untuk dinikmati di dalam mobil dan Es Cendol dari bahan alami, harganya terbilang standar... cek Kulkas, lhooo.. @_@.


Sumber: www.vespamaker.co.cc/2009_01_01_archive.html


Di sekitar Km 90-an mobil kudu bersiap keluar pintu tol, tepatnya di exit toll Cilegon Barat. Disambut dengan Reklame Hotel Marbella nyang guede (tujuan menginap gue), lengkap dengan informasi jarak yang kira-kira + 17 km lagi *tape deh.... Lepas dari pintu tol, stir mobil musti berbelok ke sebelah kiri menuju arah kota Cilegon. Setelah melintasi jalan bergelombang dengan pagar yang naik-turun disisi kanan. Di lampu merah pertama berbelok ke kanan menuju kawasan industri (lengkap bett... bcause kudu hati-hati keterusan sampai ke Cilegon). Heran karena minim petunjuk, berbekal kepede’an akhirnya ketemu juga satu lagi reklame cilik Marbella yang tampak sudah usang dan pudar (jangan ragu untuk bertanya). Setelah berjalan beberapa km (dgn pemandangan Industri abiezzz) akhirnya melintasi juga jalan Anyer yang sangat tersohor dan bersejarah itu (baca: Jalan Raya Anyer-Panarukan yang dibuat pada zaman pemerintahan Daendles yg mengorbankan ribuan nyawa), jalannya tidak begitu lebar, hanya cukup untuk 2 mobil besar, namun sepertinya diaspal dengan material yang cukup baik. Suasananya teduh dan asri, sontak terlintas di pikiran gue ikut merasakan getirnya pembuatan jalan ini. Pemandangan disisi kanan tampak hamparan pantai, sayangnya mayoritas sudah ’dikapling-kapling’ sebagai pantai pribadi oleh hotel dan resort yang enggak ada habisnya, mulai dari kelas melati-hingga berbintang dengan tema bangunan dan tarif yang beragam.


*Tips2:

  • Bagi yang ingin menikmati Durian, belilah yang dijajakan oleh bapak-bapak tua yang banyak terdapat di pinggir jalan yang melintasi keramaian di dekat alun-alun, Durian dibandrol berkisar dari harga 15-25 ribu-an. Minta tolong dibukakan jalurnya sehingga memudahkan untuk membelahnya kelak di masa depan wkakaka.. sekaligus memastikan rasa dari durian yang kita beli.
  • Bagi yang ingin menikmati suasana berbeda dalam menyantap Durian. Dapat disantap sambil menikmati ditemani semilir hembusan angin laut di pinggir pantai. Terdapat beberapa pantai wisata yang dapat dipilih. Kebetulan pada pantai wisata yang gue pilih dikenakan tiket yang cukup mahal yaitu 30 ribu untuk 1 mobil. Tempatnya tidak terlalu bagus, tapi dengan latar belakang sebuah bangunan mercusuar peninggalan zaman kolonial (Top deh...) dan pandangan langsung ke Gunung Krakatau, terasa impas pas... sebagai informasi, biasanya pantai wisata menyediakan gubuk-gubuk atau gazebo istilah kerennya, sarana bermain anak-anak, jajanan (otak-otak ikan aseli), toilet, dan parkir yang luas cukup untuk beberapa bus.

Setelah puas komat-kamit ngucapin kalimat ’neh kapan nyampenya...’ akhirnya segerembolan bangunan megah menjulang tinggi terlihat. Marbella terletak disisi kanan jalan, tampak dari luar tidak terlalu istimewa. Dengan gaya arsitektur mediterania, Marbella terlihat lebih mirip apartemen-apartemen di Moroko. Pernah membaca sebuah testimonial tentang kekecewaan seorang tamu di Marbella tentang kondisi fisik dan pelayanan di Marbella. Kesan pada menit pertama, testimonial tersebut gugur, karena kamar yang gue tempati cukup nyaman dan bersih. Dengan view pantai yang indah. Yang membuat gue kagum adalah penataan taman dan kolam renangnya patut diacungi jempol, indah bangettt. Ada sedikit kekurangannya, AC dalam kamar terasa kurang dingin, air dari shower kamar mandi terasa kurang bertenaga, dan sandal hotel yang tidak ada. Sajian makan malam cukup enak, namun bukan sesuatu yang Wouw... Dalam skala 1-10, gue beri nilai 8 untuk Marbella (no hurt feeling buat penginapan lain, wong belum dicoba hehehe).


* Tips2:

  • Menikmati sunrise atau sunset, sangat indah apabila dinikmati dari sisi serambi yang disediakan Marbella, romans-romans gimana gethu..
  • Bagi yang ingin bermain dan berolahraga air, bisa mencoba Banana Boat dan Jet Ski dengan harga yang standar.
  • Banyak souvenir khas pantai yang dapat dibeli di lapak-lapak pedagang yang berjejer di sepanjang pantai, tawar abiezzz Gan (www.tega.com)
  • Bagi yang ingin menggunakan sarana transportasi umum, ada angkot yang melintasi Jalan Raya Anyer (agak ribet karena harus menyambung angkot dari kota Cilegon).


Tiba saatnya pulang kembali ke rutinitas khas kota besar dengan hiruk-pikuknya. Perjalanan pulang ditempuh lebih cepat karena jalan tol sisi arah Merak-Jakarta lebih minim perbaikan. Gue enggak bisa menilai Anyer patut menjadi tujuan wisata atau tidak. Apalagi menyarankan atau melarang. Keputusan kembali kepada anda *basi mode on..., next, kita tunggu angin bertiup kemana....


* Tips2:

  • Bagi yang membeli oleh-oleh khas Banten dapat membelinya di toko oleh-oleh yang banyak dijajakan di pinggir jalan di sisi kanan maupun kiri. sekedar info, Banten sangat terkenal dengan produk olahan emping melinjonya dan sate bandeng (kalau egk dapat, mbokya mampir ke kota Cilegon).

0 comments:

Post a Comment